Cannon EOS 1200D || ISO 6400 || f/4.5 || 1/500sec
Di kota Negara, Kabupaten Jembrana, Bali, untuk
menemukan tempat yang alami dan sejuk adalah dambaan setiap orang. Terlebih
kesan alami ini tidak jauh berada dari jantung kota. Untuk mendapatkan ini
semua, obyek wisata Sungai Gelar adalah tempatnya. Untuk menjangkaunya pun
cukup mudah tanpa harus berlama-lama membawa rasa penasaran yang terpendam.
Cannon EOS 1200D || ISO 1600 || f/4.5 || 1/2500sec
Di Jembrana, Sungai Gelar sudah begitu populer sebagai tempat
untuk menghabiskan akhir pekan. Decak kagum pengunjung akan mulai terasa
tatkala menemukan hamparan perkebunan hijau dan lembah berhiaskan nyiur
bersanding mesra dengan hutan sebelum akhirnya betul-betul memasuki kawasan
hutan di wilayah paling utara.
|
Cannon EOS 1200D || ISO 3200 || f/4 || 1/1250sec
|
Sungai Gelar berlokasi di Dusun Palunganbatu,
Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana yang berjarak kurang lebih 10 kilometer ke
timur laut dari pusat Kota Negara. Untuk sampai ketempat yang menarik ini,
dapat ditempuh melalui dua rute yaitu melalui Jalan Desa Batuagung dan Jalan
GOR Krsna Jvara Lingkungan Sawe, Kelurahan Dauhwaru.
|
|
Cannon EOS 1200D || ISO 3200 || f/4 || 1/1250sec
|
Kedua ujung jalan ini akan berakhir setelah menemukan
jembatan merah hanya khusus dilalui oleh kendaraan roda dua. Bila dilalui,
jembatan ini mengeluarkan bunyi tak beraturan dari benturan yang keras.
Sehingga sangat jelas terdengar di kesunyian. Ini mencirikan sebagai pertanda
bahwa ada pengunjung yang sedang melintasi jembatan
|
|
Cannon EOS 1200D || ISO 3200 || f/4 || 1/1250sec
|
Memasuki kawasan Sungai Gelar kita tidak
dipungut biaya masuk, hanya saja dikenakan retribusi parkir seharga Rp 2.000,-.
petugas parkir yang
bertugas memang berasal dari anggota
banjar tersebut. Mereka akan ditugasi memungut parkir secara bergiliran khusus
untuk akhir pekan dan hari raya saja.
|
Cannon EOS 1200D || ISO 6400 || f/4.5 || 1/4000sec
|
Di pinggiran sungai banyak di tumbuhi bunga-bunga liar. Berbagai jenis bunga yang tumbuh, seperti bunga kerasi, bunga kembang sepatu, dan jenis jenis rumput yang memiliki bunga indah. Dengan di tumbuhi bunga-bunga liar itu menambah view indah di sekitaran Sungai Gelar.
|
Cannon EOS 1200D || ISO 3200 || f/5.6 || 1/500sec
|
Jenis rerumputan liar juga banyak bisa dijumpai di sekitaran Sungai Gelar ini. Saking lembabnya udara Sungai Gelar, daun dari rumput-rumput liar ini selalu dalam keadaan basah . Bisa dibayangkan kan bagaimana dinginnya teman :)
Sungai Gelar ramai dikunjungi anak muda
Jembrana untuk menghabiskan waktu atau sekedar mandi ketika akhir pekan dan
hari hari libur tertentu. Kesegaran di sungai gelar sangat terasa ketika kita
langsung menceburkan diri ke dalam sungai yang tidak terlalu dalam ini,
terlebih lebih sungai gelar masih sangat alami yang terletak di lembah
pegunungan yang belum banyak sentuhan manusia dan terbebas dari hiruk pikuk
keramaian sehingga menyebabkan udara disini bebas polusi dan sejuk.
|
Cannon EOS 1200D || ISO 6400 || f/5.6 || 1/400sec |
|
Cannon EOS 1200D || ISO 6400 || f/5.6 || 1/500sec |
|
Jembatan ini sangat
berfungsi sebagai akses jalan untuk
melakukan kegiatan sehari-hari
warga sekitar. Pihak pengelola selalu mengontrol kondisi jembatan,
seperti keadaan alas kayu jembatan. Perbaikan alas jembantan baru saja
dilakukan di awal Mei ini. Karena jembatan sering dilalui kendaraan roda dua
untuk melakukan aktifitas, jadi alas kayu jembatan cepat rusak.
Ibu
Ketut adalah pemilik warung yang biasa
berjualan tidak jauh dari ujung jembatan. Dia menggelar dagangannya setiap
hari. Ibu Ketut menjual makanan kecil, lontong toge, minuman dingin, dll.
|
Cannon EOS 1200D || ISO 1600 || f/4 || 1/100sec |
|
|
Cannon EOS 1200D || ISO 6400 || f/4.5 || 1/400sec
|
|
Menurut pengalamannya
selama berjualan, Sungai Gelar mulai dikunjungi oleh wisatawan sejak dirinya
masih belum berjualan. Kebanyakan yang datang adalah pengunjung untuk mandi di
sungai, menyusuri bibir sungai ke arah pinggiran sungai yang diapit oleh hutan
dan tegal milik warga, bahkan hanya untuk berfoto saja.
|
Cannon EOS 1200D || ISO 6400 || f/5.6 || 1/250sec
|
Pekerjaan masyarakat
sekitas kebanyakn menjadi petani. Mereka mempunyai ladang masing-masing. Mereka
menanam tanaman yang tumbuh subur di daratan tinggi. Seperti pisang, coklat ,
dll . Setiap pagi dan sore hari masyarakat yang bekerja sebagai petani selalu
pergi ke kebunnya.
Penghasilan yang mereka
dapatkan adalah dari hasil perkebunannya. Setiap panen mereka menjualnya di
pasar. Beberapa isi perkebunan
warga :
|
Cannon EOS 1200D || ISO 3200 || f/5.6 || 1/320sec
|
|
Cannon EOS 1200D || ISO 6400 || f/4.5 || 1/1250sec
|
SEJARAH MONUMEN LEMBAH
MERDEKA
Tak jauh dari tempat
ini pula, terdapat sebuah Monumen Gelar atau Lembah Merdeka yang dipertegas
lagi dengan papan nama yang ditancapkan sebelah selatan jembatan. Untuk
melihatnya, pengunjung cukup dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang
sudah dibeton.
|
Cannon EOS 1200D || ISO 1600 || f/5.6 || 1/640sec
|
Panjang
setapak beton ini kira-kira 50-100 meter . Jadi kita bisa menempuh kira-kira 10
menit untuk melihan Monument Lembah Merdeka ini. Di pinggiran jalan setapak,
banyak ditumbuhi tanaman liar yang memiliki bunga indah. Dengan di temani suara arus sungai yang
memecah keheningan, perjalanan menyusuri setapak beton untuk menuju monument terasa
cepat.
|
Cannon EOS 1200D || ISO 6400 || f/4.5 || 1/2000sec
|
Selain berjalan kaki, setapak ini bisa juga dilalui
kendaraan roda dua. Tetapi harus berhati-hati karena jalannya sedikit licin dan
tidak ada pembatas jalan dengan juruang sungai Gelarnya. Monumen
ini adalah tempat pengibaran bendera
merah putih pertama kali di Bali.
|
|
Cannon EOS 1200D || ISO 6400 || f/4.5 || 1/1600sec
|
Pada tahun
1946, Gelar merupakan Markas Besar Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia (MB-DPRI)
Jembrana yang dipimpin oleh Ida Bagus Gde Dosther dan pemimpin pasukan ''M'',
Kapten Markadi menjadi Wakil Ketua. MB DPRI dulu dibentuk sebagai satu badan
yang mengorganisasikan segala kegiatan perlawanan terhadap pejajah Belanda di
Jembrana.
Pada April 1946, pasukan dari Jawa yang dipimpin
Kapten Laut Markadi datang dan menyerang konvoi-konvoi Belanda. Bersama pejuang
Bali, Pasukan Markadi lalu mendirikan markas di Peh Manistutu, Jembrana. Karena
tercium Belanda, mereka memindahkan markas ke desa Gelar di utara Palungan Batu
pada 17 April 1946.
Secara geografis, Gelar laksana cerukan panci; lembah
dikitari bukit. Di beberapa bukit ada goa-goa perlindungan. Gelar ideal untuk
taktik perang gerilya. Menurut I Gusti Putu Dwinda, ketua Barisan Pemberontak
Republik Indonesia (BPRI) Jembrana, daerah ini bagus. Udaranya sejuk dan
dikelilingi aliran sungai dengan air yang jernih. “Setelah ditinjau oleh
Markadi, desa Gelar akhirnya dijadikan markas dengan membangun beberapa barak,
dengan bantuan penduduk setempat,” kata Dwinda dalam Orang-orang di Sekitar Pak
Rai karya I Wayan Windia.
Ida Bagus Doster, wakil ketua BPRI yang kelak menjabat
bupati Jembrana pertama, memerintahkan pasukannya untuk meratakan tanah di
depan barak. “Setelah rata, di tengah-tengah dipancang sebuah tiang dari
bambu,” kenang Doster, 85 tahun, kepada Historia.
Esok harinya, 18 April, semua pasukan berkumpul dan
mengelilingi tiang bambu. Pagi itu, upacara pengibaran bendera Merah-Putih
untuk kali pertama dilaksanakan di Bali. Dua pemuda menggeret bendera
Merah-Putih diiringi lagu Indonesia Raya. “Saya terharu dan mencucurkan air
mata saat itu. Saya kira kawan-kawan yang lain juga begitu. Usai
upacara, Kapten Laut Markadi menamakan Gelar sebagai Lembah Merdeka,” ujar
Doster.
|
Cannon EOS 1200D || ISO 6400 || f/4.5 || 1/1000sec
|
Di depan monumen terdapat wantilan dan lapangan. Di lapangan ini biasanya digunakan untuk bermain sepak bola oleh anak-anak warga sekita. Selain itu lapangan ini juga digunakan oleh siswa pecinta alam dan anak-anak pramuka untuk berkemah.
FASILITAS OBJEK WISATA SUNGAI GELAR
|
Cannon EOS 1200D || ISO 1600 || f/5.6 || 1/160sec
|
|
Cannon EOS 1200D || ISO 3200 || f/5.6 || 1/400sec
|
Fasilitas yang di sediakan di Sungai Gelar seperti papan larangan dan tempat sampah. Papan lalarangn di tempatkan di dekat parkiran, disamping jembatan merah. Larangan dibuat guna kepentingan bersama. Pengelola Sungai Gelar juga menyediakan tempat sampah di dua titik, yaitu di dekat parkiran dan di bawah plang yang mengarahkan monumen lembah merdeka.
Dengan fasilitas yang sudah di sediakan, pihak pengelola mengharapkan pengunjung yang datang mau ikut berpartisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan Sungai Gelar.
|
Cannon EOS 1200D || ISO 3200 || f/5.6 || 1/320sec
|
|
|
Cannon EOS 1200D || ISO 3200 || f/5.6 || 1/320sec
|
|
Namun tak bisa di pungkiri, ada juga pengunjung yang acuh akan kebersihan Lingkungan Sungai Gelar. Mereka dengan seenaknya membuang sampah sembarangan. Jangan ditiru ya teman :)
POTRET ALAM
|
Cannon EOS 1200D || ISO 3200 || f/5.6 || 1/250sec
|
|
|
Cannon EOS 1200D || ISO 3200 || f/5.6 || 1/1000sec
|
|
Alam tak akan pernah habis menyajikan keindahannya. Kadang memory otak pun tak mampu menyimpan potret mata yang memandangi alam. Sungai Gelar mampu membuat takjup mata anda. Dikelilingi oleh pepohonan hijau, teriakan arus sungai membuat nyaman di hati.
Kadang kita selalu ingin ada di suasana yang serba alam ini, dengan mengabadikannya lewat foto. Sungai gelar sering dijadikan objek untuk berfoto. Dengan background serba hijau, bentangan jembatan merah, dan bebatuan besar membuat hasil foto kita menjadi indah.
DI BALIK SEBUAH KEINDAHAN
|
Cannon EOS 1200D || ISO 6400 || f/4.5 || 1/400sec
|
|
Alam tak selalu menampakkan keindahannya. Begitu juga keadaan di Sungai Gelar ini. Dibalik pemandangan yang indah, air sungai yang dingin, suasana yang sejuk, sungai gelar juga menampakkan bencananya. Saat ujan turun lebat, di Sungai Gelar akan mengalami banjir besar "blabar".
|
Cannon EOS 1200D || ISO 6400 || f/4.5 || 1/1000sec
|
Bebatuan yang awalnya terlihat besar, saat banjir besar melanda hanya terlihat bagian atasnya saja. Air yang awalnya berwarna putih, berubah menjadi coklat. Deburan arus semakin besar. Rasa ingin mandi atau bermain air pun rasanya hilang seketika, berubah menjadi rasa takut.
|
Cannon EOS 1200D || ISO 6400 || f/4.5 || 1/500sec
|
Pihak yang mengelola objek wisata Sungai Gelar ini, memang menyampaikan kalau musim hujan baiknya tidak berkunjung ke sungai gelar. Pada saat tidak hujan pun harus berhati-hati saat mandi di sungai, karena sempat beberapa kali terjadi peristiwa tenggelam di sungai ini. Meskipun terdengar seram dan bahaya, pengunjung sungai gelar selalu ada.
~ SEKIAN ~
Komentar
Posting Komentar